Biji Kelor Si Penjernih Air


Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan adalah masalah air bersih. Masalah air bersih merupakan hal yang paling fatal dalam kehidupan. Dimana setiap hari membutuhkan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dsb. Cara penjernihan air perlu diketahui karena semakin banyak sumber air yang tercemar limbah rumah tangga maupun limbah industri. Banyak cara yang telah dilakukan untuk menjernihkan air seperti dengan menggunakan tempurung kelapa, kaporit, kapur, tawas, dll. Ternyata tanpa kita ketahui pohon yang berada di sekeliling kita, yang dianggap angker yaitu pohon kelor lebih tepatnya pada salah satu bagian pohon kelor yaitu biji kelor mampu menjernihkan air.
Penjernihan air dengan biji kelor (Moringa Oleifera) dapat dikatakan penjernihan air dengan bahan kimia, karena tumbukan halus biji kelor dapat menyebabkan terjadinya gumpalan (koagulan) pada kotoran yang terkandung dalam air.
"Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air, sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih," katanya.
Penemuan yang telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk menjernihkan air dari anak Sungai Nil.
Tanaman Kelor (Moringa Oleifera) ternyata tersebar di berbagai belahan dunia yakni di Afrika, Amerika Latin, untuk Asia di anak benua India dan kawasan Asia Tenggara. Menurut sejarahnya, tanaman kelor atau marongghi (Moringa oleifera), berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika dan Asia.
                Tanaman kelor sendiri merupakan perdu dengan tinggi bisa sampai 10 meter, berbatang lunak dan rapuh dengan daun sebesar ujung jari, berbentuk bulat telur dan tersusun majemuk. Tanaman Kelor tumbuh subur mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Tanaman ini berbunga sepanjang tahun dengan warna bunga putih kekuning-kuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau, buah kelor berwarna hijau dan keras yang disebut juga klentang (jawa) keluar sepanjang tahun dengan bentuk segitiga memanjang dengan panjang bisa sampai 120 cm, getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (jawa).  
Kelor (Moringa oleifera Lam.) adalah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai penurun kekeruhan air atau sebagai koagulan di negara tropis (Mayer dan Stelz, 1993:33; Jahn (1981, 1986) dalam Tauscher.
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif 4-[(2'-O-acetyl-α-L-rhamnosyloxy)benzyl]isothiocyanate (RBITC)  yang mampu mengadopsi dan menetralisir partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air limbah suspensi, dengan partikel kotoran melayang di dalam air.

Beberapa peneliti menyatakan bahwa kotiledon Moringa oleifera Lam. mengandung substansi antimikroba 4 a L-rhamnosiloksi-benzil-isotiosianat. Seperti halnya yang dinyatakan oleh Mayer & Stelz (1993), Polprasid (1993). Pembuktian keberadaan substansi antimikroba ini perlu dilanjutkan lebih terperinci lagi, mengingat bahan aktif tersebut terikat pada protein. Saya menyatakan bahwa degradasi fecal coliform hanya terperangkap pada jembatan antarpartikel yang terbentuk ketika terjadi koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi pada proses penjernihan air menggunakan serbuk biji kelor.
Protein biji kelor memiliki muatan positif (Hidayat, 2006:76). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Fink (1984) dalam Tauscher (1994:60) yang menyatakan protein yang terdapat dalam biji kelor bersifat kationik.
 Demikian pula Jahn (1986) dalam Muyibi dan Evison (1995:1102) menyatakan bahwa protein yang terdapat pada biji kelor merupakan flokulan polielektrolit kationik. Perbedaan muatan antara protein biji kelor yang dilarutkan dalam air yang diketahui bermuatan positif dengan partikel penyebab kekeruhan air yang bermuatan negatif, menyebabkan terjadinya flok yang semakin membesar dan mengendapkan partikel penyebab kekeruhan air. Bakteri fecal coliform dapat saja terperangkap (teroklusi) bersama partikel yang mengendap tersebut. Oleh karena itu, kita harus mengetahui lebih lanjut apakah benar bakteri fecal coliform bermuatan negatif, bermuatan positif, atau tidak bermuatan (netral). Ataukah degradasi bakteri tersebut benar disebabkan oleh efek antimikroba 4 a L-rhamnosiloksi-benzil-isotiosianat seperti yang dinyatakan oleh Mayer & Stelz (1993), Polprasid (1993).
Cara Pembuatan dan Aplikasi
  1. Kupas biji kelor dan bersihkan kulitnya.
  2. Biji yang sudah bersih dibungkus dengan kain, kemudian ditumbuk sampai halus betul. Penumbukan yang kurang halus dapat menyebabkan kurang
    sempurnanya proses penggumpalan.
  3. Campur tumbukkan biji kelor dengan air keruh dengan perbandingan 1 biji : 1 lt air keruh.
  4. Campur tumbukkan biji kelor dengan sedikit air sampai berbentuk pasta.
    Masukkan pasta biji kelor ke dalam air kemudian diaduk.
  5. Aduklah secara cepat 30 detik, dengan kecepatan 55-60 putaran/menit. 
  6. Kemudian aduk lagi secara berlahan dan beraturan selama 5 menit dengan kecepatan 15-20 putaran/menit.
  7. Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 1-2 jam. Makin lama waktu pengendapan makin jernih air yang diperoleh.
  8. Pisahkan air yang jernih dari endapan. Pemisahan harus dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak naik lagi.
  9. Pada dasar bak pengendapan diberi kran yang dapat dibuka, sehingga endapan dapat dikeluarkan bersama-sama dengan air kotor.





Komentar

Postingan Populer