SILIKA GEL
Silika Gel
Grace Davison adalah
ilmuwan yang menjadi pelopor dalam studi silika. Silika gel dipatenkan pada
tahun 1919. Tahun 1923 Davidson memulai produksi komersial yang pertama. Sejak
saat itu, Davidson menggunakan teknologi dan inovasi untuk memperluas kegunaan
dari silika gel sintetik.
Silika gel adalah
senyawa kimia yang tersusun dari silikon dan oksigen yang membentuk globula-
globula SiO44- tetrahedral dalam suatu pola secara acak
dan membentuk kerangka tiga dimensi yang ukurannya lebih besar, dengan ukuran
partikel 1,25µm (Osick, 1982 ).
Rumus kimia silika gel secara umum adalah SiO2.xH2O.
Silika gel mempunyai struktur yang berlubang, tidak berbentuk (amorf) yang
tersusun dari SiO2 dengan porositas tinggi sekitar 800 m2/g,
yang berguna menyerap air setiap saat, yang membuat silika gel berfungsi
sebagai pengering (drying agent), dan ketika jenuh dengan air silika gel dapat
diregenerasi (dikeringkan) dengan pemanasan sampai 1500C (300 0F).
Porositas silika gel akan mengalami peningkatan dengan naiknya luas permukan
pada silika gel.
Partikel silika gel seperti bola dengan
diameter bervariasi yaitu antara 2-10 nm. Area luas permukaan spesifik silika
gel antara 300-1000 m2/g-1, volume lubang 0,3- 2,0 cm3g-1
dan rata-rata pori lubang 2-2,5 (Thompson, 2008).
Gambar 2.1 Penataan SiO4 Tetrahedral Silika
Gel (Kaim dan Schwederski, 1994).
Matriks dari partikel silika gel primer adalah inti yang terdiri
dari atom silikon yang terikat bersama silikon lain oleh adanya oksigen dengan
ikatan silokskan (ikatan silikon-oksigen-silikon), sehingga pada permukaan tiap
partikel primer terdapat gugus –OH yang tidak terkondensasi yang berasal dari
monomer asam silikat. Gugus –OH yang dikenal sebagai gugus silanol inilah yang
memberikan sifat polar pada silika gel dan merupakan sisi aktif dari silika
gel.
1.
Sifat
permukaan silika gel
Terdapat dua jenis gugus hidroksil pada permukaan silika gel,
yakni:
a. Gugus
–OH bebas, disebut tipe A memiliki jarak antara gugus –OH dengan gugus –OH
lainnya 0,5-0,52 nm.
b. Gugus
–OH terikat, disebut tipe B, tipe ini dapat berinteraksi melalui ikatan
hidrogen dan memilki jarak antara gugus –OH dengan gugus –OH lainnya 0,25-0,26
nm.
Gambar
2.2 Gugus –OH bebas dan –OH terikat
pada silika gel
Gugus silanol bebas
berfungsi sebagai donor maupun akseptor elektron, sedangkan gugus siloksan
berperan dalam proses adsorpsi molekul. Permukaan silika gel bersifat
hidrofilik, pada permukaan silika gel yag kurang hidrofilik maka dibutuhkan
modifikasi jika akan digunakan untuk adsorpsi, pemisahan senyawa polar dan
nonpolar, dan apabila digunakan untuk pencampuran silika dengan bahan
hidrofobik. Modifikasi gugus silanol bebas pada silika gel lebih mudah dilakukan
melalui substitusi gugus OH dengan gugus lain. (Kondo, 1996).
Kelarutan silika
gel dipegaruhi oleh pH, dimana pada pH 2-9 kelarutan silika gel relatif rendah
yaitu sekitar 100-140 mg/L dan akan meningkat drastis pada pH di atas 9, selain
itu juga harga pH larutan pada lingkungan silika gel dapat mempengaruhi keadaan muatan listrik permukaan
silika gel. Secara umum, pada keadaan lingkungan asam, permukaan silika gel
memiliki muatan netto positif, pada keadaan lingkungan basa, permukaannya
memiliki uatan netto negatif (Kaim dan Schwederski,
1994; Tan, 1991). Pada pH larutan di atas 9 silika gel larut menurut
reaksi di bawah ini (Ishizaqi, 1998)
Silika
gel yang memiliki gugus silanol dan siloksan tanpa modifikasi terlebih dahulu
hanya dapat digunakan untuk adsorpsi ion logam keras seperti Na+,Mg2+,
Ca2+, dan Fe3+ (Jansen, 1992). Keterbatasan silika gel
dalam proses adsorpsi dapat diatasi melalui modifikasi pada permukaannya dengan
impregnasi dan organofungsionalisasi molekul- molekul organik yang memiliki
gugus yang dapat berikatan dengan golongan logam lunak. Impregnasi dan
organofungsionalisasi molekul- molekul organik pada permukaan silika gel dua
proses yang berbeda. Impregnasi melibatkan interaksi secara fisik, sedangkan
organofungsionalisai molekul terikat secara kimia (Filho dkk, 1995).
Modifikasi
permukaan silika gel lebih tepat dilakukan dengan proses organofungsionalisasi,
karena melalui ikatan kimia dan kovalen yang terjadi antara gugus organik
dengan silika gel. Organifungsionalisasi merupakan pengimobilisasian senyawa
orgaik yang memiliki afinitas yang baik terhadap atom Si maupun atom O (Ishizaki,
1998).
Pemilihan silika gel sebagai padatan pendukung
untuk proses adsorpsi karena silika gel
memiliki beberapa sifat unik yang tidak dimiliki oleh senyawa anorganik
lainnya, seperti inert, hidrofilik, sifat adsorpsi dan pertukaran ion yang
baik, kestabilan mekanika dan termal tinggi, tidak mengembang dalam larutan
organik maupun anorganik, dapat digunakan kembali, tidak reaktif terhadap
pelrut organik, serta adanya gugus silanol dan siloksan yang terdapat pada
permukaannya memungkinkan silika gel dimodifikasi permukaannya secara kimia
melalui reaksi dengan kedua gugus aktif tersebut (Mahan dan Helcombe, 1992).
Komentar